A Romantic Story About Serena (18 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
12.67Mb size Format: txt, pdf, ePub

"Kau
bilang kapan operasi Rafi tadi?"

"Kemarin
malam", Vanessa melirik jam tangannya, sudah jam tiga pagi, "atau
bisa dibilang sudah kemarin lusa ?"

"Oh
Tuhan !", Freddy menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Oh Tuhan
!
 ..... Apalagi yang bisa dia katakan? Itu sebabnya malam itu Serena
menghilang tanpa kabar dan tidak bisa ditemukan dimana-mana. Perempuan itu
pasti sedang menunggui operasi tunangannya!! Dan apa yang dia katakan malam itu
pada Serena ?
"Kau mungkin harus
belajar lebih bertanggung jawab tuan putri!"
, kata-kata yang sombong
dan penuh tuduhan yang sekarang ia tahu, tak pantas ia ucapkan kepada Serena.

"Kau
benar-benar lelaki paling bodoh dan gegabah yang pernah aku kenal", dengus
Vanessa, masih marah atas tindakan Freddy tadi. "Jika kau belum babak
belur oleh Damian, aku pasti akan menamparmu berkali-kali",

Freddy
mengernyit mendengar ancaman Vanessa,

"Tapi
kau tidak bisa begitu saja menyalahkanku, suatu hari Damian menghubungiku untuk
mengurus kontrak jual beli tubuh Serena  senilai tiga ratus juta. Kau
pikir apa yang bisa kupikirkan selain Serena adalah pelacur ???"

"Jangan
sebut-sebut kata pelacur lagi Freddy !!!", potong Vanessa tajam.

Freddy
bungkam lalu mengangkat bahu.

"Aku
memang salah besar, tapi siapa yg tidak berpikit begitu? Damian sangat kaya,
dan gadis itu punya reputasi hutang besar diperusahaannya.....tentu saja
sebagai pengacara aku menilai ada niat jahat dari sisi Serena", Freddy
mencoba membela diri lagi karena dilihatnya Vanessa masih memelototinya dengan
tajam,

"Sebagai
seorang pengacara kau seharusnya melakukan penyelidikan", gumam Vanessa
sinis.

Freddy
menarik napas panjang dan mengangguk,

"Benar,
aku terlalu gegabah mengambil tindakan. Sebenarnya aku sudah bertekad tidak
akan ikut campur hubungan Damian dan Serena, tapi malam itu, ketika Serena
menghilang tanpa kabar, Damian mencarinya seperti orang gila, hampir kehilangan
akal sehat karena mencemaskan Serena. Damian berubah karena gadis itu, dia
begitu emosional. Tidak lagi berkepala dingin dan tenang ", Freddy menarik
napas dalam, "Aku takut  Serena makin lama akan makin membawa
pengaruh buruk bagi Damian, maka aku memutuskan untuk membuat mereka terpisah
sesegera mungkin"

“Memangnya
apa yang kau lakukan tadi sampai Damian menghajarmu dengan begitu
brutalnya  ?”

Wajah
Freddy tampak memerah malu,

“Aku
menciumnya dengan paksa, melecehkan Serena dan memastikan agar Damian melihat
itu semua”, gumamnya pelan.

Vanessa
langsung melotot marah mendengarnya,


Apa ?

Freddy
memalingkan mukanya, tidak tahan menghadapi tatapan tajam Vanessa,

“Dan
aku……”, kata-kata itu seolah susah payah keluar dari mulut Freddy, “Dan
aku…..memfitnahnya, aku bilang Serena mau kubayar untuk bercumbu denganku
selama beberapa jam….”,

“Oh
Tuhan, Freddy !!”, Vanessa mengerang tak habis pikir dengan perlakukan Freddy,
“Pantas  saja Damian menghajarmu habis-habisan, kalau aku ada disana waktu
itu, aku pasti akan memberi semangat padanya agar menghajarmu lebih keras”,

Freddy
menganggukkan kepalanya,

“Aku… aku
pantas menerimanya……”, lelaki itu menghela napas panjang, “Tapi Vanessa….
Setelah aku mengetahui semua kebenaran ini, dan melihat tatapan mata Damian
ketika menyeret Serena pulang tadi, entah kenapa aku… cemas “

Wajah
Vanessa mendadak pucat pasi,

“Astaga
!!! aku hampir saja lupa, Damian selalu mempercayai kata-katamu !! bagaimana
kalau Damian menyangka bahwa Serena benar-benar menjual dirinya kepadamu ?
Kalau melihat betapa posesifnya Damian pada Serena, aku tidak berani
membayangkan betapa marahnya Damian !! kita harus menjelaskan semua kepada
Damian sebelum dia melakukan sesuatu yang nantinya akan dia sesali, “, Vanessa
langsung meraih gagang telepon dan memencet nomor Damian.

Lama ia
mencoba tanpa hasil, akhirnya menarik napas panjang dan menyerah,

“Semua
nomornya tidak aktif, kita juga tak bisa menyerbu ke apartemennya begitu saja
karena ini sudah dini hari”, Dengan pasrah Vanessa meletakkan gagang telepon,
“Kita harus menunggu sampai besok pagi, dan jika… dan jika ternyata semuanya
sudah terlambat……”, Vanessa melemparkan tatapan tajam ke arah Freddy yang balas
menatapnya penuh rasa bersalah, “Aku akan membuatmu membayar semua kekacauan
yang telah kau buat Freddy”

*********

 

BAB
10

“Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur

Kata-kata
Damian yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu
seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu,

Lelaki
itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya
di  ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang,
terlalu tenang, hingga membuat Serena gemetar cemas,

“Kau….
Harus…. Mendengarkan”, Serena masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah
Damian, ia tahu ia tidak akan berhasil.

Damian
terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.

“Lepaskan
kemejamu Serena”, gumam Damian datar.

“Damian…”,
wajah Serena langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa
ekspresi.

“Lepaskan”

Nada
suara Damian begitu menakutkan. Mungkin Serena akan lebih berani menghadapi
jika Damian berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu
tenang hingga menakutkan.

Dengan
gemetar Serena melepas kancing-demi kancing kemejanya. Menatap Damian
dengan  wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.

Setelah
seluruh kancing kemeja Serena terlepas, dia berdiri sambil menggenggam
kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang
itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan
tampak kejam.

“Aku
bilang lepaskan kemejamu, Serena”, suara Damian tetap lembut dan terkendali, tapi
entah kenapa Serena makin gemetar mendengarnya, dengan sudah payah dia
melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Damian tanpa daya,

“Sekarang
roknya”, sambung Damian setelah mengamati tubuh Serena tanpa malu-malu, membuat
seluruh wajah dan tubuh Serena merah padam.

“Tidak…!”,
Serena berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa
membuka baju dihadapan laki-laki yang sama sekali tidak menghargainya.

“Aku
bilang roknya!”, suara Damian sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya
menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Serena bergerak melepaskan
roknya, air mata mulai mengalir di mata Serena.

Hening
cukup lama, Damian terdiam sambil menatap Serena tajam. Dan Serena berlutut di
ranjang itu dengan tubuh gemetaran, berusaha memeluk tubuhnya sendiri dengan
kedua tangannya yang kecil,

“Lepas
pakaian dalammu”

“Tidak
!!”, dengan was-was Serena berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung
ranjang, ketakutan.

Sikapnya
itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Damian, lelaki itu sudah tidak
setenang tadi,

“Kenapa
tidak Serena ?
 Pelacur cilikku
 ? sudah tak terhitung berapa
kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan?
Demi uang tiga ratus juta….. “, Suara Damian terdengar jijik, dia melangkah
maju mendekati ranjang dan secara otomatis Serena langsung beringsut mundur
menjauh,

“Aku
membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa
kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan,
tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu….. itu semua terlalu baik
untukmu”, Mata Damian tampak menyala, “Dan kau dasar pelacur cilik tak bermoral
! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku….!!!”,

“Kau
salah paham Damian”, Serena mulai menangis terisak,

 Tetapi
Damian tetap mengeraskan hatinya,

“Aku
tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri”

Dengan
gerakan secepat kilat Damian meraih kedua lengan Serena, sebelum Serena sempat
menghindar dan menempelkan tubuh Serena ke tubuhnya sendiri,

“Kalian 
berciuman
 !!
kau membiarkan dia menciummu !! menjijikkan sekali dimataku”,

Napas
Damian mulai terengah-engah, lalu mendorong Serena ke bantal membuatnya
terbanting kasar disana.

Serena
berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan badan Damian yang
keras dan berat, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Damian yang
kuat dan tanpa ampun.

Tetapi
lelaki itu terlalu kuat, terlalu marah, bahkan tidak menyadari kalau
kekasarannya melukai tubuh Serena yang rapuh.

Lelaki
itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika dia menatap
Serena. Dengan ketakutan yang amat sangat, Serena berusaha memberontak dan
turun dari ranjang, tetapi Damian menangkapnya, membantingnya di ranjang lagi
dengan kasar, lalu menindihnya.

Serena
mengernyit merasakan cengkeraman tangan Damian yang kasar di tangannya.

“Sakit
Damian… kumohon…”

“Diam !!
“, seru Damian marah, dan ketika Serena meronta ketakutan, hal itu makin
mendorong kemarahan Damian, lelaki itu merobek baju Serena dan mencoba membuka
pahanya.

Serena
berteriak ketakutan, dia tidak siap dan Damian pasti akan melukainya. Tetapi
Damian tidak peduli. Ketika merasakan Serena tidak basah dan tidak siap, lelaki
itu tetap menyatukan dirinya.

Bagi
Serena itu adalah kesakitan yang luar biasa, sakit di tubuhnya dan sakit di
hatinya, diperlakukan seperti pelacur rendahan yang tak ada harganya.

Seluruh
tubuhnya terasa tersobek-sobek oleh gesekan tubuh Damian, tapi Serena menahan
diri, digigitnya bibirnya hingga hampir berdarah, di tahankannya air matanya
meskipun matanya terasa begitu perih. Dan di tekannya hatinya dalam dalam yang
mulai hancur menjadi serpihan berkeping-keping.

***********

Serena
berbaring memunggungi Damian, matanya nanar, penuh airmata. Napasnya sesak
karena isakan yang ditahannya.

Setelah
semua usai, Damian menjauh dari tubuhnya dan berbaring hening di sebelahnya,
sampai napas yang terengah berubah menjadi tenang dan hening. Serena tahu
Damian tidak tidur, lelaki itu masih berbaring nyalang di sebelahnya,
terlentang menatap langit-langit kamar. Tetapi Serena langsung membalikkan
badan dan berpura-pura tertidur.

Dirasakannya
Damian bolak-balik menghadap ke arahnya, seperti ingin mengajaknya bicara
tetapi kemudian  ragu dan mengehentikan dirinya di detik terakhir.

Saat-saat
hening itu terasa menyiksa. Tubuh Serena tegang meskipun dia berakting sudah
tidur dengan baik, dijaganya agar nafasnya teratur, dijaganya agar tubuhnya
tidak bergerak sama sekali.

Lama-lama
dia merasakan tubuh Damian berangsur-angsur santai dan lelaki itu tertidur.
Serena menanti menit demi menit, menyakinkan diri kalau Damian sudah terlelap,
dan setelah cukup yakin, pelan-pelan dia bergerak.

Tubuhnya
terasa sakit. Itu tadi benar-benar perkosaan, dan Damian sama sekali tidak mau
repot-repot bersikap lembut. Bibir Serena memar akibat ciuman yang terlalu
kasar, lengannya sedikit lebam karena genggaman yang terlalu keras, dan masih
ada kesakitan-kesakitan lainnya. Di seluruh tubuhnya,
di dalam
tubuhnya.

Tetapi
yang paling sakit adalah hatiku.

Air mata
mengalir tanpa suara dari pipi Serena, tapi dia menahan isakan dengan menggigir
bibirnya yang sakit. Dengan hati-hati Serena duduk di tepi ranjang, mengamati
pakaiannya yang berserakan di lantai, dan pakaiann dalamnya yang setengah
dirobek oleh Damian saat lelaki itu melepaskannya dengan marah tadi.

Pelan-pelan,
agar tidak menimbulkan gerakan di ranjang tempat Damian berbaring miring dan
tertidur pulas, Serena bangkir berdiri dan memungut pakaiannya satu persatu.
Langkahnya goyah, dan tubuhnya gemetar, tapi Serena menguatkan diri,

Dipakainya
pakaiannya pelan-pelan sambil menatap ranjang dengan was-was, bersiap-siap jika
ada satu gerakan sesedikit apapun dari Damian,

Tetapi
lelaki itu tidur dengan tenang sampai Serena selesai berpakaian. Serena lalu
mengambil tas kerjanya dan melangkah keluar, tetapi di pintu dia ragu-ragu,
menoleh dan menatap Damian yang masih tertidur pulas,

Damian
pasti akan maklum jika dia pergi begitu saja. Setelah perkosaan brutal dan
kejam itu, Damian pasti maklum jika Serena menjauh darinya. Tapi kemudian
Serena mengernyit, teringat kemarahan Damian ketika Serena menghilang tanpa
pamit untuk menunggui Rafi di rumah sakit hari minggu lalu,

Kalau aku
pergi tanpa pamit, apa yang akan dilakukan Damian ? apalagi dengan perjanjian
tiga ratus juta itu…..

Ketakutan
mewarnai perasaan Serena, menahan langkahnya.

Lalu
Serena mengeluarkan kertas dan menulis,

Other books

Archangel's Storm by Nalini Singh
Black Sheep by Susan Hill
Point No Point by Mary Logue
Decoded by Jay-Z
Larcenous Lady by Joan Smith
New Title 1 by Pagliassotti, Dru
Longings of the Heart by Bonnie Leon