A Romantic Story About Serena (5 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
5.7Mb size Format: txt, pdf, ePub

Sejenak Serena ragu, tapi Damian benar, tubuhnya mulai basah kuyup
karena hujan deras itu disertai tiupan angin kencang.

Dengan hati-hati, dia melangkah ke bawah atap yang sama dengan Damian.

Lelaki itu menatapnya tajam, sama sekali tidak menyembunyikan
kejengkelannya.

"apa yang ingin kau bicarakan? Aku ada undangan makan malam,
waktuku tak banyak", gumamnya sombong.

Serena menatap Damian penuh tekad meski gemetaran,

"Sa...Saya menawarkan diri kepada anda, anda boleh memiliki 
saya semau anda".

Damian menyipitkan mata
, menahan gumpalan kekecewaan yang menyeruak di
hatinya
 
 karena semudah
 
dan
 
secepat itu gadis ini menyerahkan diri kepadanya.

"Kau pikir aku masih berminat padamu?", gumamnya mengejek

Wajah Serena pucat pasi,
 
kata-kata Damian bagaikan
menamparnya keras.
tapi dia bertahan,
 
Demi Rafi, tekadnya dalam hati

"Anda boleh memiliki saya sepenuhnya, saya hanya meminta pembayaran
di muka, setelah itu saya tak akan meminta apa-apa lagi",

"Memangnya kau terlibat hutang judi atau apa??!",

Damian membentak keras, gusar karena sikap penuh teka
d
 
Serena,
 
dan
gusar atas
godaan dalam dirinya yang tak tertahankan untuk
langsung
menerima tawaran gadis itu.
 
T
api ketika melihat Serena hampir terlonjak kaget karena bentakannya,
 
spontan
 
Damian melembut,

"Oke, Berapa?"

Serena mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan tiba-tiba itu

Damian mendesah tak sabar,

"Cepat katakan berapa kau menjual dirimu,lalu aku akan menawar
sebelum mencapai kesepakatan", dengan sengaja dia melirik jam tangannya
seolah tak tertarik, "aku tak punya banyak waktu untukmu"

Serena menelan ludah,

"Ti..Tiga ratus...juta.."

"Apa ?", Damian membelalakkan mata tak percaya.

"Tiga ratus juta", kali ini Serena berhasil terdengar mantap.

Damian mengernyit jijik,

"Kau bercanda ?! Kau pikir kau pantas dihargai semahal
itu??!",

"I..itu pembayaran lunas sepenuhnya, setelah itu anda memiliki saya
dan saya tak akan meminta apapun lagi"

"Kau pikir aku bodoh atau apa?", desis Damian, "
Bagaimana aku bisa tahu kau tak akan mangkir dari perjanjian ini? Bagaimanapun
melakukan pembayaran di muka itu beresiko"

"Kalau begitu anda bisa membuat surat perjanjian yang sah secara
hukum untuk mengatur perjanjian ini",

Serena mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan gugup, mulai merasa
tidak nyaman dengan situasi ini, mereka mengobrolkan penjualan harga dirinya
seolah olah mengobrolkan penjualan barang.

Damian terdiam, tampak menimang-nimang usulan Serena, lalu wajahnya
mengeras,

"Tidak, ini konyol, aku sudah tak tertarik, lagipula.....", ia
memandang Serena dengan tatapan menghina, "Baru tadi siang kau menolakku
mentah-mentah dan aku berkata kau
 
pasti
 
akan merangkak memintaku menerimamu, sekarang kau hampir bisa disebut
merangkak padaku dalam waktu kurang dari 24 jam",

Damian hendak membalikkan badan meninggalkan Serena,

"Lupakan saja, gadis yang terlalu murahan memadamkan gairahku"

Serena langsung panik melihat Damian membalikkan tubuh mengarah ke
mobilnya, Tidak !! Oh Tidak !! Laki-laki itu tak boleh menolaknya!! Dialah
satu-satunya harapan Serena untuk menyelamatkan nyawa Rafi!!

Dengan setengah histeris, Serena melakukan tindakan yang pasti akan
ditentang akal sehatnya
 
jika dia dalam keadaan tak
terdesak
,

Ditariknya lengan Damian,dan ketika lelaki itu menoleh dengan marah,
Serena berjinjit, merangkul kepala Damian dan mencium bibirnya !

Tubuh Damian kaku dengan rasa terkejut dan luar biasa, gadis itu dengan
bibir yang lembut mencoba menciumnya dengan membabi-buta, jelas-jelas sangat
tidak berpengalaman dan tanpa teknik ciuman yang memadai, tapi tetap saja
gairah Damian langsung meledak tak terkendali.

Dengan kasar dirangkulnya pinggang Serena, setengah mengangkatnya agar
merapat ke tubuhnya dan diciumnya bibir gadis itu habis-habisan.

Ciuman Damian sangat ganas dan penuh gairah, dan gadis itu meskipun
bersusah payah,
 
berusaha mengimbanginya.
Tubuh Damian menegang dan terasa nyeri, begitu menginginkan Serena. Dengan
erangan yang parau, dia memperdalam ciumannya.

Entah berapa lama mereka berciuman di tempat parkir dengan diiringi
derasnya hujan. Damian benar-benar hanyut dalam kenikmatan dan dia menyadari kalau
dia tak akan bisa menolak gadis ini.

Damian baru melepaskan ciumannya ketika menyadari napas Serena yang
mulai megap-megap.

Mereka berdiri dengan rapat dan Damian masih memeluk pinggang Serena
,
 
setengah mengangkat Serena, tangan gadis itu
 
berpegangan pada
 
pundaknya
 
seolah-olah takut terjatuh
.

Damian menatap Serena tajam, bibir gadis itu agak bengkak karena tekanan
ciumannya yang panas dan habis-habisan, bibirnya pasti juga seperti itu karena
rasa panas di bibirnya belum juga hilang,

Well cium saja aku dan aku
akan terbakar
, geram
Damian dalam hati,

Dengan kaku diturunkannya pinggang Serena, lalu dilepaskan pegangannya,

"Baik, aku akan membayarmu, besok pagi kau akan mendapatkan uang
itu beserta surat perjanjian yang harus kau tandatangani",

Damian menatap Serena geram, lalu membalikkan tubuhnya menuju mobilnya,
"
Masuk ke mobil!
 
malam ini aku akan mencoba
 
barang
 
yang sudah
kubeli".

******

 

 

 

 

 

BAB
3

Serena
melirik Damian agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke areal
hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia
menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah.
Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan
kemarahannya? 

Tadi
siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia menyadari bahwa ego seorang lelaki
sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Damian akan melampiaskan kemarahannya
dengan kasar, dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnya selain ciuman dan
pelukan dari Rafi yang tidak pernah melebihi batas.

 Apakah
dia harus memberitahu Damian kalau dia masih perawan? Lelaki itu dari awal
sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika...

Serena
terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Damian sudah keluar dari mobil dan
membukakan pintu penumpang,

Lelaki
itu mengernyit ketika melihat wajah Serena yang pucat pasi,

"Ayo", 

gumamnya
kaku, dan meraih tangan Serena untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah
Damian menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka
berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.

Resepsionist
hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih
Damian,

Bahkan di
dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan.

Kamar itu
begitu luas dan sangat mewah sehingga Serena terpaku sambil terkagum-kagum akan
keindahan interiornya.

Damian
hanya berdiri di sana menatapnya,

"Kau
pasti belum makan,aku akan memesan makan malam di kamar", lalu lelaki itu
melirik Serena dengan sinis, "sementara itu,kupersilahkan kau mandi
duluan, badanmu basah , kau bisa mandi dengan air hangat"

"Ta...tapi,
saya tidak membawa baju..."

Damian
sengaja menatap Serena dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens
sehingga wajah Serena merah padam.

"Aku
akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan
kemari . Bajumu yang basah letakkan ditempat yang disediakan di kamar mandi,
petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara
itu....", 

Damian
sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti, "malam ini kau tak perlu
repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya",

Kalau
wajah Serena bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya
dia dengan kata-kata vulgar Damian.

Setelah
menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Serena setengah berlari
menuju kamar mandi.

Di dalam
kamar mandi Serena merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan
dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut pada Damian, lelaki itu
seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main
dengannya dulu sebelum memakannya.

Serena
melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan
kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas,

Setelah
selesai mencuci rambutnya, Serena menyandarkan kepalanya di tembok dan
membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.

Dia takut
menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Rafi, air matanya menetes,
mengalir bersama siraman shower,

Maafkan
aku Rafi, setelah ini mungkin aku akan menjadi wanita kotor dan tak pantas
untukmu, tapi hatiku tetap milikmu,

*******

Ketika
selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Serena memandang bayangan dirinya
dicermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada
rona merah disana setelah mandi air hangat.

Ketukan
di pintu hampir membuat tubuh Serena melonjak,

"Kau
lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?", tanya Damian tak sabar,

"Yyaaa...sebentar
lagi saya selesai", Serena menjawab sambil mengedarkan pandangan
kesekeliling,

Apakah
aku harus keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang ??

Matanya
menatap tumpukan baju kotornya memikirkan kemungkinan mengenakan bajunya lagi,
dan membayangkan mengenakan baju yang hampir basah kuyup itu membuatnya
begidik.

Senyumnya
muncul ketika menemukan tumpukan handuk berwarna biru tua di lemari samping
wastafel, dan dia beruntung, bukan hanya handuk, tapi dia menemukan sepasang
jubah mandi dengan warna yang sama. Yang satu berukuran besar dan yang satu
berukuran kecil.

Dikenakannya  jubah
mandi ukuran kecil yang masih kebesaran ditubuhnya sambil mengernyit, bahkan
perlengkapan kamar mandi ini seperti sengaja ditujukan untuk pasangan, sepasang
jubah mandi, sepasang sikat gigi, dan sepasang handuk.

Ditatapnya  bayangannya
di cermin, wah lumayan, lebih dari lumayan malah, jubah itu menutup rapat
dadanya dan karena kebesaran, panjangnya hampir mencapai mata kaki, dia
kelihatan cukup sopan meski sebenarnya tidak mengenakan apa-apa lagi di balik
jubah mandinya.

Ketika
Serena keluar dari kamar mandi, Damian sedang memberikan instruksi pada pelayan
hotel yang menata makan malam di meja. Lelaki itu hanya mengangkat alis melihat
akal Serena memakai jubah mandi,lalu memberikan tips pada pelayan sebelum dia
pergi.

"Duduklah,
makan dulu",

Gumam
Damian mulai santai sambil menunjuk kursi di depannya,

Serena
duduk dengan gugup di kursi dan menatap makanan yang tersaji di meja. Air
liurnya langsung terbit melihat sajian yang kelihatannya lezat itu, ada sup
krim yang sangat panas yang pasti rasanya sangat nikmat untuk orang yang habis
basah kuyup kehujanan, lalu daging panggang dengan bumbu keju dan saus yang
sangat menggunggah selera,salad buah-buahan dan cokelat panas yang pasti
untuknya,karena Damian sudah menyesap kopinya.

Lelaki
itu dengan penuh perhatian menuangkan sup di mangkuk dan menyodorkannya pada
Serena

Serena
menatap Damian ragu, dan untuk pertama kalinya hari itu, Damian tersenyum
lembut padanya,

"Ayo
makan, aku tahu kau lapar,aku sendiri lapar sekali"

Mereka
mulai makan dalam keheningan, dari sudut matanya, Serena dengan hati-hati
melirik Damian dan menyadari lelaki itu mulai santai, jasnya sudah dilepas dan
kancing kemejanya dibuka dua dengan dasi yang sudah dibuka ikatannya.meskipun
begitu, cara makannya sangat elegan hingga membuat Serena malu.

"Serena?",

Suara itu
menembus lamunannya dengan keras hingga membuat Serena hampir melonjak karena
terkejut.

Other books

Wilde Chase by Susan Hayes
OUTNUMBERED (Book 5) by Schobernd, Robert
Magic by the Lake by Edward Eager
Varangian (Aelfraed) by Hosker, Griff
Spearfield's Daughter by Jon Cleary