A Romantic Story About Serena (6 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
9.76Mb size Format: txt, pdf, ePub

Matanya
mengerjap menatap Damian,

"a...apa?"

"Kau
hanya mengaduk-aduk supmu,apa tidak enak?"

Dengan
terburu-buru Serena menyuap sesendok sup dan menelannya,

"Ti..tidak,
ssayaa hanya sedang berpikir"

Damian
tersenyum, lalu sekali lagi menatap jubah tidur Serena,

"Pintar
sekali kau memakai jubah itu, jadi kau tak perlu tampil telanjang di
depanku"

Komentar
yang diucapkan dengan santai itu hampir saja membuat Serena tersedak, pipinya
langsung merona merah

Damian
menyesap kopinya sambil tetap memandang Serena, lalu meletakkan cangkirnya,

"Oke,
giliranku mandi, makanlah sepuasmu,lalu taruh saja disitu aku akan menelpon
pelayan untuk membereskannya 30 menit lagi",

Dengan
santai lela
k
i itu
melenggang ke dalam kamar mandi,

Setelah
menyesap cokelatnya, Serena tidak tahu harus mengerjakan apa lagi, jadi dia
duduk di pinggir ranjang dan menyalakan televisi,

Beberapa
saat kemudian pelayan datang dengan sopan dan membereskan makanan mereka. Serena
hanya terdiam agak malu karena menyadari keadaannya yang hanya mengenakan jubah
mandi.

Detik-detik
berlalu dan terasa begitu menceka
m
 bagi
Serena, sangat kontras dengan Damian yang sedang di kamar mandi, lelaki itu
mandi dengan santai, bahkan Serena mendengar lelaki itu bersenandung di shower.

Ketika Lelaki itu keluar dari kamar mandi, Serena sudah
hampir tertidur di atas ranjang, pertarungan batin yang bertubi-tubi sudah
membuat jiwa dan raganya kelelahan, sehingga berdiam diri berbaring di atas ranjang
yang nyaman itu membuatnya merasa sangat mengantuk.

Damian mengernyit sambil mengencangkan tali jubah
mandinya, ditatapnya Serena yang berbaring miring membelakanginya dengan posisi
meringkuk seperti janin di dalam kandungan, pemandangan itu membuat hatinya
terasa sakit, entah kenapa, seperti ada dorongan untuk merengkuh gadis itu dan
melawan seluruh dunia demi dirinya. 

Kernyitan Damian semakin dalam, tidak pernah dia merasa
seperti itu sebelumnya pada seorang perempuan, gadis ini telah membangkitkan semacam
hasrat liar yang selama ini tersembunyi rapat-rapat dalam jiwa Damian, dan
bukan hanya hasrat tapi dibarengi oleh rasa obsesif dan posesif yang mendalam.

Tidak !! geram Damian dalam hati, hasrat ini tidak boleh
sampai membuat dirinya lemah, dia harus menunjukkan siapa yang berkuasa.

Dengan pelan Damian naik ke ranjang dibelakang Serena
yang memunggunginya , lalu diraihnya pundak Serena, gadis itu terperanjat
karena dibangunkan dari kondisi tidur-tidur ayamnya, dengan mata yang masih
sayu setengah tidur ditatapnya Damian.

Damian melihat sekelumit ketakutan didalam mata itu, dan
dengan sedikit kasar dibaliknya tubuh Serena menghadap dirinya,

“Aku membayar kamar di hotel ini bukan hanya untuk
tidur”, geramnya parau lalu dikecupnya bibir Serena,

Dan......meledaklah, Damian merasa hasrat langsung
membakar tubuhnya sekaligus, menghanguskannya, sejenak dia merasa ragu
melampiaskan hasratnya seratus persen karena dirinya cenderung kasar ketika
sangat berhasrat, tapi mengingat bagaimana Serena menawarkan diri padanya hanya
demi uang dan goresan rasa kecewa yang nyeri di hatinya karenanya membuat
Damian tak peduli lagi, toh gadis ini pasti sudah berpengalaman dan mungkin
sudah lebih dari sekali dia menjual dirinya demi uang. Tapi benarkah gadis itu
sudah berpengalaman?

Damian teringat ciuman Serena yang tanpa teknik memadai
di tempat parkir tadi. Tidak !! putusnya dalam hati,  mungkin gadis
itu hanya tidak pandai berciuman, Seorang pelacur harus diperlakukan seperti
pelacur !!.

***********

Serena masih terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya
dibalik dan dicium habis-habisan, dia masih setengah tertidur tadi dan
benar-benar tak berdaya, Damian sudah melampiaskan hasratnya tanpa
ditahan-tahan, ciuman-ciumannya tanpa jeda seolah-olah lelaki itu tak tahan
sedetikpun tidak berciuman dengannya.

Ketika Damian mengangkat kepalanya, matanya berkabut,
pupil matanya membesar terlihat kontras dengan iris matanya yang berubah
menjadi biru pucat,

“aku
ingin bercinta, aku ingin memasukimu…. Ah kau tidak tahu betapa aku… “, suara Damian
tersengal, lalu melumat bibir Serena lagi dengan membabi buta,

Kata-kata
vulgar Damian itu membuat pipi Serena merona malu. Tidak terbayangkan, dia ,
perempuan yang tidak pernah intim dengan lelaki manapun, sekarang terbaring
dengan jubah mandi yang sudah acak-acakan, ditindih oleh lelaki yang mungkin
sampai beberapa hari yang lalu tidak dikenalnya dengan baik.

Tangan
Damian menelusup di balik jubah mandinya, menemukan payudaranya yang hangat dan
lembut, lalu meremasnya. Sedikit terlalu bergairah sehingga Serena mengerang.

Damian
menghentikan gerakannya, lalu menatap Serena lembut,

“Sakitkah?”,
bisiknya parau

Serena
terpaku, suaranya seakan tertelan di tenggorokan, bagaimana dia harus
menjawabnya?

Tetapi
Damian tidak memerlukan jawaban, lelaki itu tersenyum, lalu menggerakkan
tangannya lagi menyentuh payudara Serena, dengan ahli dia menyingkirkan jubah
mandi Serena yang menghalangi, dan menemukan keindahan ranum di baliknya,

“Oh
Indahnya”, bisik Damian serak, membiarkan Serena memalingkan muka dengan malu
dibawah tatapan tajam dan memuja lelaki itu.

Lalu
bibir Damian yang panas menelungkupi putting payudaranya, lidahnya bermain di
sana terasa panas, membakar seluruh tubuh Serena, membuatnya terpaksa merintih.
Bingung dengan gejolak yang menyebar di seluruh tubuhnya. Damian begitu ahli
sedang Serena sama sekali tidak berpengalaman, dan lelaki itu tampaknya tidak
merasa perlu menahan dirinya.

Entah
kapan, mereka sudah telanjang bersama di atas tempat tidur itu, Tubuh Damian
yang keras, melingkupi tubuh Serena yang mungil di bawahnya, menggodanya,
menggeseknya dengan kekuatannya, membawa gairah Serena makin naik, sedikit demi
sedikit ke puncaknya.

Kemudian
Serena merasakan kejantanan Damian, yang tidak terhalang apapun menyentuh pusat
dirinya. Pelan, tapi membuatnya terkesiap. Serena membuka matanya yang
terpejam, menatap Damian di atasnya. Lelaki itu menatapnya dengan tajam,
matanya berkabut, napasnya terengah, dan sejumput rambut tampak jatuh di
dahinya, membuatnya tampak begitu liar.

“Ah, ya
manis…. Kau pasti akan sangat menyukainya”, geram Damian pelan, lalu mulai
mendorong, menekan dan menyentuh Serena, “Kau sudah siap”, erang Damian, “Kau
sudah basah dan panas, siap untuk diriku……”

Jantung Serena berdegup kencang, beriringan dengan detak
jantung Damian yang bahkan lebih parah. Dengan perlahan, Serena memejamkan
matanya, melepaskan hatinya, Demi kamu Rafi, bisiknya dalam hati bagaikan
mantra yang menyelamatkan jiwanya.

Ini
adalah sensasi baru bagi Serena, merasakan kejantanan seorang lelaki yang
mencoba memasukinya, menyatu dengannya. Rasanya panas dan membuat seluruh saraf
ditubuhnya menggila, membuatnya begitu sensitive oleh kebutuhan yang sampai
saat ini tidak pernah diketahuinya, kebutuhan untuk mencapai puncak.

Hingga rasa sakit yang menyengat tiba-tiba
menyentakkannya ke alam sadar, Serena mengerang kesakitan, tubuhnya mengejang,
dengan panik dicengkeramnya pundak Damian dan menggeleng-gelengkan kepala
ketakutan atas usaha Damian
untuk menyatu semakin dalam dengannya
.

********

Dan ketika merasakan sesuatu yang menghalanginya,
mendengar erangan Serena yang jelas-jelas kesakitan serta pandangan ketakutan
yang membayangi mata Serena, Damian sadar bahwa semua prasangkanya itu salah,
meski tetap tak bisa menjelaskan kenapa Serena dengan mudahnya menjual dirinya,
tapi ini sudah menunjukkan bahwa Serena bukan wanita gampangan, Damian adalah
lelaki pertamanya.

Menyadari kesakitan yang mendera Serena, Damian
mengalihkan perhatian Serena denga cumbuannya dengan segenap keahliannya, rasa
senang tak tertahankan membanjiri pikirannya ketika menyadari dirinya adalah
lelaki pertama gadis itu.

Diciumnya
bibir Serena dengan lembut, bibir ranum yang sekarang menjadi miliknya. Napas
Serena terengah-engah dan Damian melihat di matanya, ada ketakutan dan
kesakitan. Damian tidak pernah bercinta dengan perawan sebelumnya, dia tidak
tahu seperti apa rasa sakitnya, dia tidak mengerti bagaimana meredakannya.
Tetapi Damian tidak suka melihat rasa sakit itu mendera di mata Serena,

“Sssh….
Sayang, aku tidak bermaksud menyakitimu”, Dengan lembut Damian menelusurkan
tangannya di sisi tubuh Serena, lalu berhenti di pinggul Serena, menahan
pinggangnya yang sedikit meronta, mencegah tubuh mereka yang sudah setengah
menyatu supaya tidak terpisah, “Mungkin akan sedikit sakit tapi semua akan baik,
tubuhmu akan menerimaku seutuhnya…”, Suara Damian terhenti ketika dia mendorong
dengan kuat, menembus batas keperawanan Serena dan menyatukan tubuhnya
sepenuhnya dengan Serena.

Serena
berteriak kencang merasakan pedih yang amat sangat ketika Damian menembusnya,
jemarinya tanpa sadar mencengkeram pundak Damian dengan keras. Tetapi Damian
tidak berhenti karena dia sadar kalau dia berhenti dia akan menyakiti Serena.
Dengan perlahan, Damian menggerakkan tubuhnya. Oh Tuhan ! Sekujur tubuhnya
terasa nyeri menahan diri. Serena terlalu rapat, terlalu basah, terlalu panas,
mencengkeram tubuhnya di bawah sana. Dia hampir-hampir tidak tahan dan dorongan
untuk memuaskan diri dengan brutal di tubuh Serena semakin menyiksa.

Tetapi
Damian sadar, ini pengalaman pertama bagi Serena, dia harus membuatnya seindah
mungkin, dia tidak boleh menyakiti Serena. Karena itu sambil menggertakkan diri
menahan gairahnya, Damian mencoba bergerak selembut mungkin, menarik tubuhnya
pelan dari balutan sutra basah dan panas itu, untuk kemudian menghujamkannya
lembut. Lagi dan lagi.

Lalu
ketika desah napas Serena menjadi pendek-pendek serta
pegangannya pada pundak Damian makin kencang, Damian sadar, dia telah membuat
Serena mencapai orgasme pertamanya. Pemandangan ekspresi wajah Serena saat itu
sungguh tak tergantikan, mendorongnya terlempar menuju puncak kepuasan yang
sangat tinggi, sangat tak tertahankan seolah-olah dunia meledak dibawahnya.
Dan
Damian benar-benar meledak di dalam tubuh Serena.

Orgasme
ini terasa begitu dasyat, sebuah pelepasan dari akumulasi gejolak yang
ditahannya selama ini. Kenikmatan yang luar biasa ini membuat
Damian merasa sedikit sesak napas,
seolah olah dia terhanyut dalam pusaran
gairah
yang tak tertahankan
terus menerus menghantamnya tanpa henti
,
erangan parau keluar dari
bibirnya ketika dia menenggelamkan wajahnya dalam-dalam di sisi leher Serena.

Ketika usai,mereka berbaring berpelukan sambil berusaha
menormalkan napasnya.

"Wow"

hanya itu yang terlintas dipikiran Damian,dan dia tak
sadar telah mengucapkannya keras setelah menyadari rona merah yang merayap di
leher Serena.

Dengan lembut dikecupnya leher Serena,,,diangkatnya
kepalanya,dan mereka bertatapan, mata biru yang tajam,yang agak berkabut
setelah mencapai orgasme terhebat sepanjang eksistensi kehidupannya bertemu
dengan mata hitam yang berkaca-kaca.

"Apakah kau...", Damian berdehem ketika
menyadari suaranya sangat parau,"apakah kau baik-baik saja?"

Serena tampak tidak tahan ditatap dengan sedemikian
intens apalagi dalam posisi yang sangat intim,
dipalingkannya kepalanya setelah mengangguk pelan.Damian
menarik napas pelan,kemudian dengan hati-hati, sangat berhati-hati, dia
mengangkat tubuhnya dari atas Serena dan bergeser ke samping,menyadari
kernyitan tidak nyaman di wajah Serena ketika dia menarik diri.

Tanpa sadar Damian bersikap begitu lembut, sikap yang
tidak pernah ditunjukkannya ketika usai bercinta dengan wanita-wanita yang
lain.

Direngkuhnya tubuh mungil Serena, diletakkannya kepalanya
di lengannya, gadis itu tampak pasrah, mungkin sudah terlalu lelah, kasihan,
kasihan Serenanya yang masih suci. Ternyata selama ini dia salah paham, gadis
ini benar-benar masih suci

Kepuasan seksual yang luar biasa masih mempengaruhi
pikirannya yang berkabut, tangannya dengan santai mengelus punggung Serena yang
bergelung dipelukannya, sampai lama kemudian disadarinya pundak Serena berubah
santai dan napasnya mulai teratur pelan. Gadis itu tertidur. Damian mengatur
posisinya dengan lebih nyaman. tak pernah sebelumnya dia seintim ini setelah
bercinta, gadis ini benar-benar mempengaruhinya...

******

Serena merasakan seluruh tubuhnya sakit dan pegal. Dengan
mengerutkan dahi dia mencoba menggerakkan badannya. Oh...memang pegal sekali
rasanya, pelan pelan dibukanya matanya, cahaya kamar masih tampak redup,
suasana kamar terasa sejuk dan menyenangkan,

"Selamat pagi"

Sapaan itu begitu mengejutkan,menembus kesadarannya yang
masih berkabut, hingga badan Serena terlonjak duduk,lalu selimutnya turun
sampai ke pinggang dan barulah Serena menyadari kalau dia telanjang. Dengan
gugup ditariknya selimut menutup dadanya. Matanya langsung bertatapan dengan
Damian yang duduk disofa,tepat dihadapannya. Sedikit senyum tersirat di sana
melihat kegugupan Serena.

Other books

Adrian by V. Vaughn
The Last Gondola by Edward Sklepowich
Dead By Midnight by Beverly Barton
The Big Green Tent by Ludmila Ulitskaya
Lacy by Diana Palmer
Beyond the Cliffs of Kerry by Hughes, Amanda